MENIMBANG PILIHAN UNTUK MENGHADIRI UNDANGAN BUKA BERSAMA

Selamat datang Pertengahan Puasa! Selamat datang serentetan undangan buka puasa bersama!

Sudah 2 hari ini lamanya, grup-grup Whatsapp saya jadi lebih cerewet dari biasanya. Mulai dari Grup SD, Grup Kos-an, Grup Angkatan, hingga Grup Diskusi Inisiator Perubahan. Hampir seluruh grup Whatsapp yang ada, semuanya bersepakat untuk mengangkat satu tema: Buka Puasa Bersama. Alhamdulillah, berkah Ramadan. Di antara isu-isu polarisasi dan perpecahan umat beragama yang tengah berkabut di langit nusantara, semangat untuk bersilahturahmi dan berbagi masih begitu kental terasa melalui media buka puasa bersama.

Ngomongin soal buka puasa bersama, saya jadi ingat kejadian pada Ramadan sebelumnya. Tahun lalu, secara tidak sengaja, saya ‘terjebak’ dalam sebuah pertemuan saat buka puasa bersama. Berkat Sapta, karib saya sekaligus Ketua Gerakan Menulis Buku Indonesia, saya bertemu dan berkenalan dengan Frangky–yang saat itu baru selesai menjabat sebagai Ketua Pramuka. Waktu itu hanya berlima saja. Dan saya pikir, ini akan menjadi pertemuan yang biasa saja. Sampai akhirnya, kami ngobrol ngalor-ngidul membahas kampus kita, hingga muncul lah sebuah pertanyaan sederhana: hal kecil apa yang bisa kita kerjakan bersama?

Dari situ, terbitlah gagasan untuk mengajak seluruh Mahasiswa Baru UNS untuk menulis resolusi hidup untuk dibukukan bersama. Dan, seperti yang kita ketahui, terselenggaralah obrolan ngalor-ngidul tersebut menjadi event Resolusi Bakti Untuk Negeri. Bekerjasama dengan UNS dan Djarum Foundation, event tersebut alhamdulillah berjalan persis sesuai rencana. Kami berhasil memfasilitasi sekitar 8.000 mahasiswa untuk menulis resolusi hidupnya, memecahkan 1 Rekor MURI, dan lahirlah 74 buku yang merekam impian-impian dan optimisme generasi muda kita dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih menyala.

Siapa yang menyangka, event yang bahkan berhasil menarik perhatian belasan media massa tersebut, hanya bermula dari sebuah obrolan singkat saat buka puasa bersama? Sungguh besar rahmat Allah SWT, sungguh benar Sang Pencipta dengan segala janji-Nya.

Tapi saya pikir, sebaiknya Anda tidak usah hadir dalam setiap undangan buka bersama. Jika, niatnya, cuma sekadar mau memusnahkan rasa lapar dan dahaga bersama. Karena pada kenyataannya, buka bersama memiliki terlalu banyak dampak positif ketimbang sekadar makan bersama.

Seperti yang kita ketahui, ada 6 pintu bagi datangnya rezeki. Salah satunya, rezeki berkat silaturahmi. Dunia professional menyebutnya dengan kekuatan berjejaring, atau membangun relasi. Bagaimana mungkin kita bisa meningkatkan keimanan, karir, pengetahuan, ataupun rezeki, jika kita terlalu malas untuk bersilaturahmi?

Silaturahmi adalah jalan bagi kita untuk berkolaborasi. Dan dengan berkolaborasi, kita bisa membuka peluang-peluang baru, atau bersama-sama meningkatkan kekuatan sekaligus mutu. Kanjeng Nabi, Nadiem Makarim (CEO Go-Jek), atau The Avengers juga bersetia menjaga dan membangun silaturahmi. Tanpa kekuatan silaturahmi, mungkin kita tidak bisa merasakan nikmatnya Islam, mudahnya bertransportasi dan memesan makanan, juga harapan untuk menghancurkan Thanos dengan kekuatan Infinity Stone-nya.

Melalui media buka puasa bersama, kita juga bisa mengembangkan wawasan dan kelimuan kita. Memperluas perpektif dengan cara menemui berbagai orang dari latar belakang yang berbeda, sangatlah penting bagi pertumbuhan kita. Kasus Bom Jihad di Surabaya, adalah bukti nyata serta dampak buruk dari dangkal dan sempitnya perspektif para pelakunya. La wong Kanjeng Nabi saja mengirim ratusan surat kepada raja-raja di seluruh dunia untuk membangun kerjasama sekaligus mengenalkan Islam dengan cara yang penuh cinta, la kok ini malah main bam-bom-bam-bom seenak udelnya.

Kawan-kawan kita yang dulu, pastilah tidak lagi sepenuhnya seperti yang dahulu. Dari mereka, percayalah, kita dapat memperluas cakrawala pengetahuan, pandangan, peluang, dan motivasi-motivasi untuk menciptakan perbedaan pada kehidupan kita yang sekarang. Yang masih berproses, akan terinspirasi dari yang sudah berhasil. Dan yang sudah berhasil, akan merangkul mereka yang masih berproses dalam meraih cita-citanya.

Selain itu, dengan menghadiri acara buka bersama, setidaknya, ini bisa menjadi stimulan bagi kita untuk kembali mengingat dari mana kita bermula. Jangan terlalu sombong untuk mengakui bahwa pencapaian kita sekarang ini, berkat keberadaan kawan-kawan kita semasa menjalani studi. Coba pelan-pelan, mari kita mengenang.

Siapa yang membantu kita menyelesaikan tugas kuliah? Siapa yang pernah (atau sering) memberikan pinjaman uang saat kita sedang membutuhkan? Siapa yang mau-maunya dititipi absen, nemenin ngeprint, atau ngasih contekan saat ulangan? Siapa yang celotehnya mewarnai hidup kita dengan ceria? Siapa yang bahkan dengan kebodohannya, justru membuat kita belajar untuk tidak melakukan hal yang sama? Siapakah ia yang selalu memberikan pintu maaf setiap kita melakukan kesalahan? Siapa juga, yang kemudian ada, untuk memberikan nasihat juga semangat, ketika kita sedang merasa terpuruk dan tersesat?

Cobalah mengingat-ingat dengan senyum yang sempurna dan rasa syukur yang paling paripurna. Betapa muskilnya kita bisa sampai di sini, tanpa adanya dan kontribusi kawan-kawan kita di masa studi? Dan apakah sebegitu (sok) sibuknya kita sekarang ini, hingga terasa begitu beratnya untuk sekadar 3 jam menemui dan berbagi cerita bersama kawan-kawan yang telah membersamai perjuangan kita selama ini?

Ibadah Qurban dan Haji adalah bentuk penghormatan kita pada ‘kejadian inspiratif’ yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS sebagai pendahulu kita, dengan tujuan menguatkan keimanan dan ketaqwaan kita. Islam telah dengan sempurna mengajarkan kita untuk tidak menjadi ‘kacang yang lupa akan kulitnya’.

Sekarang, jika kesempatan untuk menjalin silaturahmi dan berterimakasih pada mereka yang telah membersamai perjuangan kita selama ini, telah ada di depan mata kita, dalam bentuk buka puasa bersama, masih pantaskah bagi kita untuk enggan menghadirinya?

Jangan pernah mengutuk Tuhan atas kehidupanmu yang tetap ‘gini-gini aja’, sedang kamu sendiri tidak pernah berupaya mengubahnya. Di luar sana, Tuhan telah menyediakan orang-orang yang menjadi alasan sekaligus jalan bagimu untuk terus berkembang serta mewujudkan kesuksesan. Rahmat Tuhan di luar sana bertebaran. Tapi tidak untuk orang-orang yang enggan menjalin silahturahmi dengan beragam alasan!

Sebulan yang lalu, alhamdulillah profil saya dimuat 2 media massa nasional. Sedang seminggu yang lalu, Tim GMB-Indonesia mendapat undangan diskusi dari Badan Bahasa Kemdikbud RI di Jakarta. Selain rahmat Allah SWT, itu semua terjadi berkat hubungan erat kami dengan Dr. Sutejo, M.Hum, salah satu pegiat literasi berpengaruh di Indonesia. Yang lucunya, kami mengenalnya, berkat dikenalkan oleh Frangky, seorang sahabat yang saya temui dalam acara buka puasa bersama. Betapa besar lagi berkelanjutan karunia Allah SWT bagi orang-orang yang menjaga silaturahmi dengan sesama.

Maka, saya rasa, sebaiknya kita tidak perlu hadir dalam acara buka puasa bersama. JIKA, kita lebih memilih menjalani hidup yang ‘gini-gini aja’, serta memilih menolak rezeki dari pintu silaturahmi.

Buat siapapun yang ingin mendapatkan berkah berlimpah, menguatkan ukhuwah, dan menghalau isu-isu yang memecah belah, yuk kita buka puasa bersama!

LENANG MANGGALA
Founder Nyalanesia
[ www.nyalanesia.id ]

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
SEKOLAH LITERASI NASIONAL (SLN)

Sekolah Literasi Nasional adalah program yang memfasilitasi sekolah secara utuh untuk menciptakan transformasi literasi dan pendidikan berkemerdekaan. Seluruh siswa dan guru, selama 1 tahun penuh akan didampingi untuk meningkatkan kompetensi, prestasi dan melahirkan output berupa karya, sertifikasi, dan proyek-proyek berdampak.

Program ini dirancang khusus agar sekolah dapat dengan mudah dan optimal dalam mengimplementasikan program 6 Literasi Dasar GLS, serta implementasi Project Based Learning dan Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka.

GERAKAN SEKOLAH MENULIS BUKU (GSMB) NASIONAL

Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional (GSMB Nasional) adalah sebuah program pengembangan literasi sekolah terpadu, yang memfasilitasi seluruh siswa dan guru jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK untuk berkarya dan menerbitkan buku, mendapatkan pelatihan dan sertifikasi kompetensi, pendampingan pengembangan program literasi, serta kompetisi berliterasi paling bergengsi di tingkat nasional dengan total hadiah ratusan juta rupiah. Program ini telah terselenggara 7 tahun dan telah diikuti ribuan sekolah dari 35 provinsi di Indonesia.

AKADEMISI MENULIS BUKU (AMB) BOOTCAMP

Akademisi Menulis Buku Bootcamp adalah program pelatihan intensif dan fasilitasi penerbitan buku yang diperuntukkan bagi guru dan dosen dari 0 sampai terbit.

Melalui program ini, para peserta dijamin #7MingguTerbitkanBuku, berkat dukungan 3 mentor berpengalaman dan paket fasilitas pelatihan menulis + penerbitan + percetakan + launching + promosi buku.

NEXTGEN TEACHER ACADEMY (NTA)


NextGen Teacher Academy adalah program Online Bootcamp interaktif selama 30 hari yang didesain secara khusus untuk para guru dan dosen di Indonesia. Dengan metode pelatihan yang mengedepankan pendampingan intensif, berbasis keahlian praktis dan memiliki output berupa karya nyata, program ini didedikasikan untuk melahirkan generasi baru para pendidik masa depan yang kreatif, sejahtera dan mampu memberikan dampak berkelanjutan.

TEACHER MASTERCLASS (TMC)

Teacher Masterclass adalah program workshop intensif nasional untuk guru dan dosen guna meningkatkan kualitas diri, melalui 4 kelas eksklusif yakni Kelas Inovasi, Kelas Pemikiran, Kelas Literasi dan Kelas Transformasi, dengan konsep kegiatan edutainment yang berbasis praktik dan output karya.

SERTIFIKASI BNSP

Sertifikasi BNSP Selamat datang di laman Sertifikasi BNSP yang dipersembahkan oleh Nyalanesia. Bekerja sama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dengan praktisi trainer/instruktur dan asesor resmi bersertifikasi BNSP.

Sertifikat BNSP adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) sebagai bukti bahwa Bapak/Ibu telah memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan untuk suatu profesi.

Artikel
Terkait

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x