fbpx
“Hanya di Indonesia ‘Gadget’ Dianggap Jauhkan Anak Muda dari Buku”

Kehadiran teknologi komunikasi, khususnya telepon pintar dan internet kerap menjadi “kambing hitam” atas rendahnya minat kalangan muda terhadap buku. Konvergensi digital banyak mengubah informasi yang semula tertulis dalam bentuk lembaran kertas kini tertera di layar gawai.

Namun, penulis M Aan Mansyur tidak sependapat dengan hal itu. Pria asal Bone ini menganggap, terdapat permasalahan yang lebih kompleks mengapa seseorang tidak lagi menggilai pojok-pojok perpustakaan atau berdiam menenggelamkan diri pada buku-buku bacaan.

Sebagaimana Aan sampaikan dalam diskusi Festival Literasi di Solo, Selasa (6/11/2018), sepinya perpustakaan atau tidak tersentuhnya buku bacaan bukan karena rendahnya minat membaca atau tidak punya waktu untuk membaca.

“Saya tidak mau mengatakan orang tidak mengunjungi perpustakaan karena malas baca buku. Salah satu persoalannya adalah kemacetan, misalnya. Susah sekali kalau membayangkan semua orang harus mengunjugi perpustakaan setiap hari, ke kantor mereka saja lama,” ujar Aan.

Kiriman Menarik Lainnya:  (Video Film Pendek Puisi) POST-M(ARG)O

Sama seperti alasan malas membaca, kehadiran gawai atau gadget juga tidak bisa disalahkan sebagai penyebab seseorang meninggalkan lembar-lembar bacaan.

Aan mencontohkan pengalamannya saat berada di Polandia beberapa waktu lalu. Di sebuah taman, ia mendapati bangku-bangku di sana bertuliskan nama-nama sastrawan beserta dengan sebuah barcode di sampingnya.

“Saya penasaran, saya pakai scanner di ponsel saya. Apa yang kemudian muncul di ponsel saya adalah sastrawan itu membacakan karyanya. Saya diperkenalkan kepada buku-bukunya, dan di perpustakaan mana saya bisa membaca karya itu,” kata Aan.

Kiriman Menarik Lainnya:  Menjenguk Rindu | Cantika Putri Nasution

Ia melanjutkan, setiap sore anak-anak muda memegang gadget-nya dan dapat menemukan akses bacaan yang tersedia di sandaran bangku-bangku taman. Data yang tersedia melalui genggaman ponsel itulah yang menuntun mereka datang ke perpustakaan dan toko-toko buku untuk membaca sebuah karya.

“Hanya di Indonesia ini kita menganggap gadget menjauhkan anak muda dari buku. Di tempat itu justru gadget membuat anak muda datang ke toko buku, perpustakaan, membongkar arsip-arsip, dan seterusnya,” ucap Aan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Penulis : Luthfia Ayu Azanella
Editor : Bayu Galih

PROGRAM NYALANESIA

GSMB NASIONAL

Gerakan Sekolah Menulis Buku Nasional (GSMB Nasional) adalah sebuah program pengembangan literasi sekolah terpadu, yang memfasilitasi seluruh siswa dan guru jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK untuk berkarya dan menerbitkan buku, mendapatkan pelatihan dan sertifikasi kompetensi, pendampingan pengembangan program literasi, serta kompetisi berliterasi paling bergengsi di tingkat nasional dengan total hadiah ratusan juta rupiah. Program ini telah terselenggara 7 tahun dan telah diikuti ribuan sekolah dari 35 provinsi di Indonesia.

TEACHER MASTERCLASS

Teacher Masterclass adalah program workshop intensif nasional untuk guru dan dosen guna meningkatkan kualitas diri, melalui 4 kelas eksklusif yakni Kelas Inovasi, Kelas Pemikiran, Kelas Literasi dan Kelas Transformasi, dengan konsep kegiatan edutainment yang berbasis praktik dan output karya.

NextGen Teacher Academy


NextGen Teacher Academy adalah program Online Bootcamp interaktif selama 30 hari yang didesain secara khusus untuk para guru dan dosen di Indonesia. Dengan metode pelatihan yang mengedepankan pendampingan intensif, berbasis keahlian praktis dan memiliki output berupa karya nyata, program ini didedikasikan untuk melahirkan generasi baru para pendidik masa depan yang kreatif, sejahtera dan mampu memberikan dampak berkelanjutan.

Berbekal sumber daya mentor yang profesional dan hangat, 3 kelas berdampak yang bersertifikat, fleksibilitas pembelajaran, dan dukungan program berupa konsultasi, praktik, evaluasi dan komunitas berkualitas, seluruh peserta mendapat garansi 30 Hari Jadi Ahli, atau uang kembali.

AKADEMISI MENULIS BUKU

Akademisi Menulis Buku (AMB) adalah sebuah program pengembangan literasi yang memfasilitasi akademisi Indonesia di dalam Ekosistem Nyalanesia untuk berkarya dan menerbitkan buku ber-ISBN, serta berkesempatan mendapatkan penghargaan dengan total hadiah puluhan juta rupiah.

Artikel
Terkait