Satriana merupakan seorang guru Bahasa & Sastra Indonesia dan Kepala Perpustakaan SMABELS serta Ketua Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMAN 11 Kendari
Ada beberapa hal yang membuat Satriana ingin menggeluti dunia literasi, sebagai pribadi ia merasa senang dengan dunia literasi. Ada kebahagian setelah membaca sesuatu dan merasa bermanfaat setelah menulis atau melakukan sesuatu, meskipun masih kurang dalam berkarya. Sebagai guru Bahasa & Sastra Indonesia, merasa tertantang dan termotivasi untuk lebih di bidang ini dan ingin mengembangkan kecakapan dan keterampilan yang ada di dalam diri siswa. Sebagai ketua GLS, ingin mengembangkan program ini dan berprestasi di bidang literasi, karena menurut saya literasi ini merupakan hal utama dan sangat penting untuk perkembangan diri seseorang dalam pembentukan karakter baik dalam ketaatan kepada Tuhan, berperilaku, berbicara, bersosial, dan beretika dalam kehidupan masyarakat.
“Ketika seseorang memahami dan mengetahui dengan siapa ia berbicara, kapan berbicara, di mana berbicara dan melalui apa berbicara, maka akan melahirkan perkataan atau tindakan. Perkataan atau tindakan tersebut merupakan hasil proses literasi dalam dirinya, ketika hasilnya baik dan sesuai norma masyarakat, maka tidak menutup kemungkinan kemampuan literasi dan karakternya selama ini juga baik dan begitu pula sebaliknya,” ungkapnya.
Menurut Satriana, hal yang menggerakkannya untuk ikut Sosialisator Program Literasi Nasional adalah keyakinan, semangat, dan bangga menjadi sosialisator literasi. Dengan adanya keinginan dan tekad yang kuat insyaallah diberi kemudahan.
“Budaya literasi masyarakat Indonesia sudah berkembang meskipun kemampuan berliterasinya masih kurang atau belum cukup. Hal itu senada dengan hasil penelitian PISA mengatakan bahwa Indonesia urutan 62 dari 72 Negara. Untuk itu, dengan kehadiran Nyalanesia diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi Indonesia secara umum dan GSMB (Gerakan Sekolah Menulis Buku) di sekolah Sulawesi Tenggara secara khusus dapat meningkatkan kemampuan berliterasi dalam bidang karya tulis baik di bidang fiksi maupun nonfiksi,” imbuhnya.
Dengan ini, solusi yang harus dilakukan sesama masyarakat Indonesia adalah
1. Setiap pribadi harus sadar bahwa untuk memajukan sesuatu itu diawali dengan perubahan perilaku dari dalam diri sendiri. Hal itu memerlukan literasi (proses) dan terampil mengembangkan potensi dalam dirinya itu adalah (hasil) literasinya.
2. Nyalanesia adalah gerakan nyata literasi Indonesia saat ini dan merupakan wadah terbaik yang mampu menyalakan semangat menulis menjadi seorang penulis sejati. Gerakan ini merupakan salah satu bentuk kepedulian yang wajib mendapatkan apresiasi dan prestasi dari pemerintah Indonesia serta diikuti oleh komunitas dan penggerak literasi lainnya.
3. Gerakan Sekolah Menulis Buku merupakan gerakan menulis bagi penerus bangsa yang berkarakter, berjiwa besar dengan karya yang harus didukung dan diapresiasi oleh pemerintah baik kepala sekolah dan jajarannya. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkreasi, bekerja sama, berkolaborasi dan mengembangkan potensi diri dalam program GLS di sekolah merupakan tujuan literasi bangsa ini.
“Harapan untuk budaya literasi Indonesia, pemerintah pusat membuka ruang bagi masyarakat Indonesia untuk menulis dan membaca dengan cara mengadakan lomba menulis fiksi maupun nonfiksi baik tingkat sekolah, perguruan tinggi dan umum, membukukan serta mengapresiasi karya mereka. Kenyataan sekarang bahwa banyak masyarakat umum mempunyai ide/gagasan namun belum mendapatkan tempat untuk menuangkan ide tersebut. Terbukti di kalangan penulis banyak dari masyarakat umum seperti Ibu RT. Pemerintah daerah dan komunitas literasi daerah saling bersinergi untuk masyarakat Indonesia untuk berbudaya literasi dan sebaiknya mendukung, membantu, memfasilitasi serta mengapresiasi budaya literasi ini agar berkembang dengan baik demi Indonesia cerdas dan berbudi pekerti” imbuhnya.