Setelah berkemas dan landing dari Finlandia, akhirnya, sampai juga saya di rumah. Hari ini cukup melelahkan. Pagi hari saya berkemas dengan terburu-buru untuk mengejar jadwal pesawat yang akan mengantar saya untuk sarapan khao phad di Pattaya (Thailand). Pukul 08.00, saya bergegas ke Shinjuku (Jepang) untuk menemui kawan lama. Kami menyeduh teh hijau sambil berbagi cerita. Tapi tentu tak sampai mendalam. Mengingat, sebelum pukul 12.00 waktu setempat, saya sudah harus sampai di Masjidil Haram. Di sana, saya berdoa cukup panjang. Semoga, Allah SWT meridhoi pelaksanaan program Gerakan Sekolah Menulis Buku III: Jawa Tengah dan Undangan Nasional yang diselenggarakan oleh Gerakan Menulis Buku Indonesia bersama Koordinator Gerakan Literasi Nasional selama 6 bulan ke depan.
Pukul 14.45 WIB, alhamdulillah saya dan Pak Dadang Sunendar telah menyelesaikan rapat dengan kata sepakat dan berjabat erat sambil saling memberikan semangat. Terakhir, saya nekat menemui pakar pendidikan kelas dunia, Allan Schneitz, di Kotka. Saya benar-benar terinspirasi dengan prespektif dan inovasinya dalam mengembangkan pendidikan di Finlandia. Saya ingin belajar lebih mendalam, untuk kemudian saya terapkan dalam program-program pengembangan literasi & pendidikan yang diusung oleh Gerakan Menulis Buku Indonesia.
Dan akhirnya, di sinilah saya. Kembali ke Surakarta, setelah dalam beberapa jam membelah dunia.
Kenapa? Anda tidak percaya bahwa dalam 12 jam saya telah berpergian ke beberapa negara? Dimana letak kemustahilannya? Kan ada pesawat yang bisa membawa saya kemana saja?
Jika Anda tidak percaya bahwa saya telah melakukan perjalanan sejauh itu, lalu betapa logis jika orang-orang juga tidak percaya bahwa Rasulullah SAW telah meluncur dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, lalu melesat ke Langit Ke-7?
Hari ini, 14 abad yang lalu, Rasulullah SAW melakukan perjalanan Isra Mikraj. Sebuah perjalanan yang membuat nama baik Rasulullah SAW dihancur-leburkan oleh Abu Jahal. Bagaimana tidak? Saat dimana kuda adalah kendaraan tercepat, Beliau bercerita bahwa ia telah melakukan perjalanan ke puncak langit tertinggi dan membawa perintah untuk sholat. Saat itu, adalah hari-hari dimana Rasulullah dianggap sebagai pembohong, pendusta, bahkan gila! Bukan hanya oleh orang-orang yang memusuhinya, tapi juga oleh umat dan para sahabatnya. Seperti yang kita ketahui bersama, hal terberat bagi seorang pemimpin bukanlah saat dimana ia mendapatkan kegagalan. Akan tetapi, adalah saat dimana ia kehilangan kepercayaan dari orang-orang yang ia pimpin selama ini. Betapa beratnya perasaan Rasulullah SAW kala itu.
Abu Jahal sebagai salah satu musuh terbesar Rasulullah, kegirangan dan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menghancurkan Islam dan nama baik Rasulullah. Ia pura-pura percaya, dan membujuk Rasulullah SAW untuk kembali menceritakannya. Abu Jahal mengumpulkan sebanyak mungkin orang, dan mendatangkan beberapa pakar. Tujuannya jelas, ingin membuktikan bahwa Rasulullah SAW adalah seorang pembual atau seseorang yang gila pikirannya. Lalu orang-orang pun berkumpul, mendengarkan ceritanya, dan mulai memaki-maki Rasulullah SAW.
Tibalah saatnya para pakar yang memahami betul seluk beluk perjalanan yang melintang antara Masijidil Haram hingga Masjidil Aqsha. Pertanyaan-pertanyaan mulai datang berhamburan. Abu Jahal siap-siap untuk kegirangan. Akan tetapi, Allah Karim. Sesungguhnya tiada kedustaan pada diri Kekasih-Nya. Rasulullah SAW berhasil menjawab dengan tepat dan detail seluruh pertanyaan yang dilemparkan para pakar. Semuanya mengernyitkan dahi dan bertakbir. Allahu Akbar! Dan, jadilah, hari-hari dimana yang awalnya Rasulullah SAW hampir ditinggalkan umatnya, menjadi hari-hari dimana Rasulullah SAW berhasil mengislamkan lebih banyak orang-orang yang dulu memusuhinya. Semoga sholawat serta salam terus dan terus terlimpahkan kepada Beliau, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan yang terang kepada kita.
Selain untuk mensyukuri nikmat iman yang ada pada diri kita sekarang, cerita di atas sesungguhnya juga dapat untuk dijadikan pelajaran.
Saya percaya, bahwa yang melakukan perjalanan Isra Mikraj bukan hanya Rasulullah SAW semata. Tetapi, kita juga. Jika Rasulullah SAW melakukan perjalanan Masijidil Haram – Masjidil Aqsha – Sidhratul Muntaha dan mendapatkan salah satu perintah terpenting Allah SWT untuk mendirikan sholat, Isra Mikraj kita tentu saja berbeda, meski serupa. Bahkan, masing-masing dari kita pun akan berbeda.
Mungkin, Isra Mikraj yang secara umum pernah kita jalani adalah perjalanan sekolah-kuliah-berkarya. Ya. Dulu kita adalah seorang anak kecil yang polos dan tidak tahu bagaimana caranya menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT. Lalu kita kemudian bersekolah, mengambil jurusan kuliah, lalu Allah SWT membisikkan ke dalam hati kecil kita untuk berkarya di suatu bidang. Ada yang merasa hati kecilnya ‘diperintahkan’ Allah SWT untuk menjadi pengusaha, pegawai kantoran, atau menjadi guru di sekolah. Sebagaimana Rasulullah SAW yang diperintahkan untuk berkarya dalam hal menunjukkan kebenaran agama Allah, pun kita juga diperintahkan sebuah tugas yang sama. Hanya saja, cara dan cakupannya yang berbeda.
Seorang pengusaha menjalankan tugasnya dengan cara menyediakan solusi berupa produk atau jasa yang dibutuhkan umat manusia. Seorang pengusaha pakaian, misalnya. Tanpa adanya pakaian yang diproduksinya, bagaimana mungkin kita bisa memenuhi perintah untuk menutup aurat? Pun juga dengan keberadaan Gerakan Menulis Buku Indonesia. Jika kami tidak menunaikan bisikan yang menelusup di hati kami untuk menyediakan fasilitas penerbitan buku gratis untuk Pendidik Indonesia, bagaimana mungkin seorang Guru/Dosen bisa menjalankan perintah Allah SWT untuk mendidik dan menginspirasi anak-anak Indonesia dengan karyanya. Allah SWT dengan jelas memerintahkan kita semua untuk membaca. Sebuah perintah yang teramat penting bagi umat manusia, hingga dijadikan firman Allah yang pertama kali turun kepada Rasulullah SAW.
Tentu siapapun bebas untuk memaknai perjalan Isra Mikraj Rasulullah SAW. Tapi bagi saya pribadi, saya percaya bahwa saya juga ditugaskan untuk melaksanakan Isra Mikraj saya sendiri. Perajalanan Isra Mikraj saya, adalah perjuangan menyalakan masa depan Indonesia dan Agama Islam melalui program-program pengembangan literasi dan pendidikan secara nasional.
Apakah itu semua mungkin?
Jika Rasulullah SAW mungkin untuk melesat ke Langit Tertinggi, apa yang tidak mungkin dengan cita-cita kami ini?
Mungkin kamu percaya, tapi jika orang-orang tidak percaya, maka semuanya percuma kan?
Justru, alhamdulillah! Bukankah Rasulullah SAW awalnya juga tidak dipercayai bahkan dianggap gila?
Lalu, mana buktinya?
Rasulullah SAW mensyiarkan Islam bukan hanya dalam satu-dua tahun. Bukan hanya berdakwah dengan cara berbicara. Dan bukan hanya dengan sendirian. Pun dengan Gerakan Menulis Buku Indonesia. Upaya menyalakan masa depan Indonesia melalui program-program pengembangan literasi dan pendidikan secara nasional adalah sebuah perjalanan yang panjang. Kami tidak hanya ‘berdakwah’ dengan cara mengajak semua orang untuk menulis. Akan tetapi, kami juga memfasilitasi siapapun untuk menerbitkan karya dan gagasannya menjadi sebuah buku secara gratis.
Dan, kami pun tidak mungkin sendirian. Kami bekerjasama dengan berbagai instansi pendidikan dan pemerintah. Kami bahu-membahu bersama lebih dari 350 Volunteer Nyalanesia di seluruh penjuru nusantara. Dan kami, kini bergotong royong bersama Para Pendidik Indonesia untuk menyukseskan program Adi Acarya Award 2018 dan Gerakan Sekolah Menulis Buku III. Kita mungkin tidak tahu bagaimana nanti hasilnya. Yang jelas, kita tidak akan berhenti berupaya. Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Kepada siapapun yang percaya pada masa depan Indonesia dan Agama Islam yang menyala, saya sampaikan rasa hormat dan bangga saya. Ayo, kita tunaikan Isra Mikraj kita sebagai seorang pengusaha, pegawai kantoran, Pegawai Negeri Sipil, petani, pedagang, nelayan, ibu rumah tangga, pelajar, mahasiswa, guru, atlet, artis, seniman, atau bahkan menjadi seorang pengamen sekalipun, untuk dijadikan sebuah ikhtiar kita untuk membawa kebenaran, untuk menjadi Khalifah, untuk menjadi sebab bagi terangnya masa depan agama Islam dan tanah air kita tercinta.
“Ikatlah ilmu dengan menulis.” ― Ali Bin Abi Thalib ra.
“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.” ― Imam Al-Ghazali.
“Menulis adalah cara terbaik untuk mendistribusikan kasih sayang, keilmuan, inspirasi, dan gagasan perubahan. Tanpa batasan keadaan. Tanpa batasan waktu dan ruang. Sekali menulis, selamanya menginspirasi.” – Lenang Manggala
Mohon maaf apabila ada salah kata. Segala salah adalah keterbatasan saya, segala kebenaran datangnya dari Allah SWT.
Salam hangat, selamat memaknai Isra Mikraj
Lenang Manggala, Founder Nyalanesia
_______________
Program Penerbitan Buku Gratis & Anugerah Adi Acarya Award untuk Guru & Dosen, silahkan klik www.adiacaryaaward.com